YADNYA
A. Pendahuluan
Kata yadnya berasal dari bahasa sansekerta
dari urat kata yaj yang berarti “memuja,
Mempersembahkan atau melakukan pengorbanan
“.
Kata yajna
sendiri berarti memuja, persembahan atau korban suci, sedangkan yajus berarti aturan-aturan tentang
yajna. Yajamana artinya orang yang melaksanakan yajna.
Jadi, pengertian yajna (yadnya) adalah
korban suci yang tulus iklas tanpa pamrih untuk kepentingan diri sendiri dan
orang lain, atau untuk kepentingan umat manusia dan alam sekitarnya.
B. Pengertian dan Hakikat Yadnya
Yadnya/upacara merupakan bagian ketiga dari kerangka dasar ajaran agama
hindu.
Ditinjau dari sudut filsafat yajna berarti
cara melalukan hubungan antara Atman dan Paramatman, antara manusia dengan Sang
Hyang Widhi serta semua manifestasi-Nya.
Dalam bhagawadgita dinyatakan sbb:
Saha
yajnah prajah srstva
Purovaca
prajapatih
Anena
prasavisyadhuam
Esa vo
stu ista-kama dhuk
Artinya
:
Sesungguhnya
sejak dahulu dikatakan, Tuhan setelah menciptakan manusia
melalui yajna, berkata :
dengan (cara) ini engkau akan berkembang,
sebagaimana sapi perah yang memenuhi keinginanmu ( sendiri).
(bhagawadgita
III.10 )
Devan bhavayatanena
Te deva bhavayantuvah
Parasparam bhavayantah
Sreyah param avapsyantha
Artinya :
Adanya
para Dewa adalah karena ini, semoga mereka menjadikan engkau
demikian,
dengan saling memberi engkau akan memperoleh kebajikan paling
utama.
(bhagawadgita
III.11)
Dalam
kitab Atharwa Weda dijelaskan sebagai
berikut.
“satyam brhad rtam ugram diksa,
Tapo brahma
yadnya prthiwim dharayanti”
Artinya
:
Sesungguhnya satya, rta, diksa, tapa,
Brahman dan yadnya yang menyangga dunia.
Secara
terminologi kata yajna memiliki pengertian sebagai berikut.
1. Yajna, ngaraning manghanaken homa.
(wraspati tattwa)
Artinya
:
Yajna artinya mengadakan homa.
2.
Yajna
ngaranya “ agnihotradi “ kapujan sang hyang siwagni pinakadinya (agastya
parwa).
Artinya
:
Yajna, artinya “Agnihotra” yang utama, yaitu pemujan atau
persembahan
Kepada Sang Hyang Siwa Agni.
Jadi, pada prinsipnya
pengertian yajna itu pada mulanya berpusat pada pemujaan atau
Persembahan kepada Agni berupa
minyak dan susu.
Persembahan ( Yajna ) tersebut
menimbulkan hujan, dari hujan lahirlah makanan.
Dari makanan lahirlah mahluk hidup,
sedangkan yajna itusendiri lahir dari karma
(Bhagawadgita III.14), karena yajna
lahir dari karma maka yajna termasuk karma
Kanda atau karma sanyasa atau
prawerti yaitu jalan perbuatan.
Adapun
pengertian “yajna” yang kemudian ditulis yadnya dalam masyarakat pada
pada umumnya berkisar pada upacara
atau ritual semata. Sekalipun hal ini
tidaklah
salah , namun patut disadari bahwa
upacara hanyalah salah satu bentuk yadnya yang
paling tampak dengan nyata atau
riil.
Di dalam
bhagawadgita disebutkan yadnya adalah suatu perbuatan yang
dilakukan dengan penuh keikhlasan
dan kesadaran untuk melakukan persembahan
kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Dengan demikian , ada beberapa unsur yang
mutlak yang terkandung dalam yadnya.
Unsure-unsur tersebut, yaitu Karya (adanya
Perbuatan), Sreya (ketulus iklasan),
Budhi (kesadaran), dan Bhakti( persembahan).
Jadi. Semua
perbuatan yang berdasarkan dharma dan dilakukan dengan
Tulus Iklas dapat disebut yadnya.
Dalam sloka, Sri Bhagawan Kresna menyebutkan
bahwa orang yang terlepas dari
dosa adalah orang yang makan sisa
dari persembahan atau yadnya. Oleh karena itu
Sebelum menikmati makanan kita harus
mempersembahkan makanan itu kepada
Ida Sang Hyang Widi Wasa terlebih
dahulu. Makanan yang dipersembahkan itu
menjadi prasadam yang oleh umat
hindu di Bali disebut Lungsuran.
Prasadam
adalah bahasa sansekerta yang artinya anugerah Tuhan.
Jadi, makanan yang kita
nikmatisetiap hari adalah pemberian Tuhan.
Sedangkan,
Kata lungsuran adalah bahasa Bali
artinya hasil dari memohon kepada Tuhan.
Dalam kitab Atharwa
Wedha XII.1 dijelaskan sbb:
“ satyam brhad rtam ugram , diksa tap brahma yadnyah, prthiwim
Dharayanti,
sa no bhutasya bhany asya patyanyurumlokam”.
Artinya :
Kebenaran
(satya) hokum yang agung, yang kokoh dan suci(rta), tapa, brata
Doa,
dan yadnya, inilah yang menegakkan bumi , semoga bumi ini, ibu kami
Sepanjang
Jadi, kitab Atharwa Weda menjelaskan , bahwa
yadnya merupakan salah Satu pilar
penyangga
tegaknya kehidupan di dunia ini. Sebagai dasar yang utama dalam
melaksanakan
Yadnya adalah ketulusan, keikhlasan, dan kesucian hati dari masing-
masing
individu yang mempersembahkannya.
Demikianlah Yadnya yang dilaksanakan oleh
umat beragama , pada akhirnya dapat
mewujudkan
kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh mahluk hidup yang ada di alam
semesta
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar